Selamat Datang

Selamat membaca. Semoga bermanfaat !

Kamis, 28 Februari 2013

ICON DAN SENI KUDUS

      Gereja Katolik dewasa ini mendorong ekspresi kekudusan dalam bentuk icon dan seni kudus. Konstitusi Liturgi Kudus menjelaskan pentingnya seni religius, terutama karena icon digunakan untuk memuji dan memuliakan Tuhan.
      Seni religius sejati dalam perwujudannya yang terbaik lazim disebut seni kudus. Dari sifatnya, seni diarahkan untuk mengekspresikan keindahan Tuhan yang tak terlukiskan dengan cara tertentu, dalam karya-karya yang dibuat oleh tangan manusia. Tujuannya adalah meningkatkan pujian kepada Tuhan dan kepada kemuliaan-Nya sehingga semakin sempurna dan ekslusif. Begitu pula dengan devosi yang mengarahkan pikiran manusia dalam membaktikan diri kepada Tuhan.
      Dengan alasan inilah, Ibu Gereja Kudus, senantiasa menjadi pelindung seni karya indah dan senantiasa berusaha mencari bentuk kemuliaan dari keindahan alat-alat bantu liturgi ini. Itu sebabnya semua benda yang digunakan untuk ibadat kudus harus pantas, selaras, indah dan dapat dibedakan dari tanda-tanda atau perlambang benda-benda supranatural. (Konstitusi Liturgi Kudus no. 122).Terdapat beberapa tipe atau media seni kudus, yakni icon dan lukisan, patung, perabotan, kain dan pakaian.
       Sebelum Konsili Kedua di Nicaea (th. 787), seni kudus ditentang (iconoklasme). Terjadi penghancuran patung-patung dan lukisan serta gambar-gambar kudus. Namun akhirnya seni kudus mendapatkan dukungan dan sisa-sisa karya seni kudus dari masa Byzantium menjadi mahakarya seni kudus yang tak ternilai harganya.
       Sepanjang sejarah Gereja hingga saat ini ada begitu banyak seni kudus yang mampu mempesona mata siapa saja yang memandang keindahan serta makna yang tersimpan didalamnya. Ternyata seni kudus lebih mampu berekspresi kepada batin kita ketimbang kepada indera yang lain. Icon berbicara kepada hati yang mencari Tuhan. ( Lihatlah Betapa Indahnya Tuhan- Henri J.M. Nouwen).

Luksan icon St. Mikael, Malaikat Surgawi dari masa Byzantium yang terdapat di Museum Ikon , Rusia.
Patung Christ The Redeemer di Rio de Janeiro, Brazil.

Karya seni patung icon terkenal dari seniman Michalangelo yang terdapat di Museum Vatikan.

Karya lukisan icon dari Michaelangelo di dinding serta kubah Kapel Sistina,  Vatikan.
Icon St. Alfonsus de Liquori yang terdapat di Basilika  St. Petrus.
Dibuat  oleh  Pietro Tenerani  pada tahun  1839.

Tabernakel, tempat menyimpan hosti.

Monstrans.
Piala 

Kasula atau jubah yang dikenakan Pastor menurut warna Liturgi.

Sabtu, 23 Februari 2013

CAP GOMEH 2013

       Festival Cap Go Meh 2013 jatuh pada hari Minggu, 24 Februari 2013. Namun perayaannya sudah dilakukan sejak hari Sabtu, 23 Februari 2013 dibeberapa daerah tertentu tergantung dari situasi dan kebiasaan masyarakat etnis keturunan Tionghoa yang tinggal didaerah setempat. Festival diadakan 15 hari setelah perayaan Tahun Baru Imlek.
       Festival yang paling meriah di Indonesia, konon selalu digelar di kota Singkawang, Kalimantan Barat.
Festival ini dikenal sebagai Tatung atau bila diterjemahkan secara gamblang berarti "kerasukan roh".
Yang istimewa dari festival Cap Go Meh memang adalah arak-arakan Liong atau naga yang meliuk-liuk serta atraksi akrobat barongsai atau singa-singa yang ditarikan oleh dua orang penari akrobat dalam sebuah kostum Barongsai. Tarian ini unik karena memerlukan keahlian dan tehnik tertentu. Belum lagi musik tetabuhan yang memekakkan telinga yang seringkali diiringi suara petasan dan nyala kembang api.

Arak-arakan Panji atau bendera dari berbagai klenteng di Singkawang




       Namun sesungguhnya, puncak acara dari Festival penutup rangkaian Tahun Baru Imlek ini adalah tatung tersebut, dimana setiap vihara atau klenteng akan mengarak Panji dan Tandu Dewa-Dewi turun kejalan untuk memamerkan kepada masyarakat setempat kehebatan dan kekuatan magis yang mereka miliki.
       Kota Singkawang memang sangat terkenal dengan klentengnya, dimana dalam jarak kurang lebih 200m sampai 1km selalu bisa dijumpai sebuah klenteng berdiri dengan megahnya. Karena masyarakat etnis keturunan Tionghoa bersosialisasi secara budaya dengan masyarakat asli Kalimantan, yakni suku dayak, maka tidak heran bila atribut yang digunakan banyak juga yang bercirikhaskan suku dayak, bahkan merekapun aktif dilibatkan dalam festival ini.




       Dikota lain selain Singkawang di Kalimantan Barat, ada juga kota Sambas dan Pontianak yang menggelar festival serupa. Hal ini menjadikan Kalimantan Barat sebagai suatu tujuan wisata dan budaya selama perayaan Festival Cap Go Meh. Sudah banyak agen perjalanan wisata yang menawarkan even ini kepada wisatawan baik luar maupun lokal untuk menyaksikan festival ini setiap tahunnya. Maka tak heran bila menjelang momen ini, harga tiket pesawat tujuan Pontianak sangat mahal. Hotel-hotel juga penuh dan sudah dibooking dari jauh hari.
       Bagi sebagian perantau asal Singkawang dan sekitarnya yang bekerja atau tinggal didaerah lain, momen festival ini menjadi begitu penting dan menumbuhkan keinginan besar untuk pulang kampung dan menyaksikan festival besar ini ditempat kelahirannya.

Salah satu panggung replika perayaan festival Cap Go Meh di Ancol.

Replika Barongsai di salah satu sudut Mall Ancol Beach City


Numpang nampang sejenak di salah satu sudut disamping pintu masuk Mall Ancol Beach City
       Di Taman Impian Jaya Ancol, festival Cap Go Meh tahun ini cukup meriah. Jalan-jalan sebagian besar dihiasi lampion berwarna merah. Ada beberapa tempat yang dibuat sedemikian rupa menyerupai panggung besar replika perayaan festival dengan patung-patung seukuran manusia. Jadilah tempat-tempat seperti ini sebagai salah satu spot favorit untuk memotret.
       Bagi banyak keluarga etnis keturunan Tionghoa, malam Cap Go Meh yang merupakan penutupan Tahun Baru Imlek juga dijadikan sarana untuk berkumpul bersama. Bila sudah berkumpul tentu saja tidak jauh dari acara makan-makan. Pada kesempatan yang sama inilah kami sekeluarga makan malam di salah satu tempat favorit hidangan seafood di Ancol, yakni Bandar Jakarta.
       Untuk bisa menikmati hidangan mulai sejak memarkir kendaraan didepan restoran sampai sajian siap memakan waktu tidak kurang dari satu jam. Untuk bisa mendapatkan tempat duduk kami harus mendaftar dulu untuk memperoleh 'waiting list'. Setelah tersedia meja untuk kami barulah kami 'berbelanja' aneka seafood mentah digerai-gerai persis didepan restoran tersebut. Aneka seafood tersebut akan dimasak sesuai dengan bumbu permintaan kita. Malam itu kami membeli kepiting jantan besar untuk dimasak saos lada hitam, udang pancet super untuk bumbu bakar madu, ikan kakap merah untuk dimasak dengan tahu dan taosi serta tumisan kailan dengan bawang putih. Sedangkan nasi putih sudah termasuk dalam paket dan bisa meminta tambah sepuasnya. Untuk minuman juga tersedia dalam ukuran pitcher sehingga bisa lebih puas. Untuk semua hidangan malam itu kami membayar Rp. 340.000 dan sudah termasuk pajak pelayanan. Lumayan kenyang juga karena kami hanya makan berempat saja. Untuk rasa sudah tentu jempol.
       Dan yang menakjubkan, pada malam itu banyak sekali tamu yang merayakan ulang tahun ditempat yang sama. Mungkin sekitar enam orang sepanjang kami berada disana. Setiap tamu yang berulang tahun akan diberi kejutan oleh 5 sampai 6 orang yang tergabung dalam panitia event yang beriringan membawa kembang  api yang dirangkai pada sebutir kelapa, kue tart, dan sisanya adalah penggembira yang bertepuk tangan riuh mengiringi lagu ucapan selamat ulangtahun yang dinyanyikan oleh beberapa orang secara live dari panggung.
       Begitulah kemeriahan yang kami rasakan di malam penutupan Imlek 2013 ini. Cukup berkesan. Mudah-mudahan dilain kesempatan dapat menikmati kemeriahan ditempat lain juga.