Selamat Datang

Selamat membaca. Semoga bermanfaat !

Kamis, 29 November 2012

KOQ BISA GITU ?

       Hari ini, tanggal 28 November 2012. Jam baru menunjukkan pukul 09.00. Cuaca cerah dan angin masih sepoi-sepoi. Tadi pagi aku bangun pagi seperti biasa, pk. 04.45. Setelah urusan sarapan dan bekal sekolah selesai, giliran suamiku yang mengantar anak-anak kesekolah. Waktu menunjukkan pk. 05.45. Setelah semua pergi, aku kembali tidur dan baru terbangun sekitar pk. 08.30. Aku biasanya langsung mandi dan bersiap untuk memulai pekerjaan rutinku. Tepat saat aku bersiap-siap, aku memeriksa ponselku dan disana sudah ada 1 pesan yang masuk dan 2 panggilan tak terjawab, semuanya dari Pak H. Revan, distributor langgananku. Aku membaca SMS-nya yang mau menegaskan jumlah uang yang kubayar kemarin lewat pegawainya yang datang menagih ketempatku. Aku sudah memberitahu padanya kemarin tetapi tampaknya ia mau menegaskan sekali lagi. Aku langsung menelpon balik dan diangkat oleh Pak. Haji sendiri.

Sabtu, 17 November 2012

MELANCONG KE KOTA DODOL, GARUT

       Liburan Tahun Baru Hijriah 1434 H pada tahun ini menjadi liburan panjang bagi sebagian orang karena terdapat  "hari kejepit" sebelum libur akhir pekan Sabtu dan Minggu. Banyak yang memanfaatkannya untuk liburan keluarga ke luar kota atau sekedar bersantai.
Kami memanfaatkan liburan kali ini untuk pergi ke Garut, Jawa Barat. Ini bukan pertama kalinya kami kesana. Tetapi kali ini kami benar-benar meluangkan waktu untuk berkeliling di kota itu.
       Kota Garut terletak tidak jauh dari Bandung, ibukota Jawa Barat. Kabupaten Garut memiliki struktur topografi yang unik. Garut dibagian utara adalah dataran tinggi yang dikelilingi oleh gunung-gunung di sisi kotanya. Sedangkan bagian selatannya adalah dataran rendah dan memiliki garis pantai yang terjal. Pantai menghadap langsung ke Samudera Hindia.
       Perjalanan kami melalui tol Cikampek - Padalarang - Cileunyi. Tidak ada kemacetan berarti terutama di jalur Nagrak. Mungkin karena hari libur, jadi truk-truk besar perusahaan angkutan barang juga sedang diliburkan.

Pemandangan Tol Sadang - Cileunyi
       Pada kesempatan ini kami mengunjungi sentra kerajinan kulit Sukaregang di Jl. Ahmad Yani, Garut. Disepanjang jalan ini terdapat banyak toko yang menjual hasil kerajinan dari kulit berupa jaket, sepatu dan sandal, tas dan dompet, ikat pinggang dan gantungan kunci serta berbagai macam pajangan dan assesoris lainnya. Jaket terbuat dari kulit domba, kambing dan sapi. Harganya bervariasi mulai dari Rp. 600.000 sampai Rp. 1.000.000. Tetapi rata-rata bisa nego dan mendapat potongan harga hingga 15%. Jaket dengan bahan kulit domba lebih lentur dan halus daripada yang terbuat dari kulit sapi. Tetapi kulit sapi lebih awet dan lebih kuat. Sedangkan perawatannya sama saja, yakni bila terkena debu hanya dilap saja dengan kain atau bila kehujanan hanya diangin-anginkan. Ada juga produk berupa lotion untuk menjaga kelenturan dan membuat kulit tetap mengilat dan hanya dioleskan pada kulit sekali-sekali saja.
Menurut pedagang di tempat ini, jaket-jaket tersebut banyak dibawa keluar daerah oleh sesama pedagang lain dan tentu saja harga jualnya menjadi lebih tinggi. Menurut pedagang ini, harga jual di Jakarta bisa mencapai dua kali lipatnya. Bila kita menginginkan model serta ukuran yang spesifik, mereka juga menerima pesanan jahitan. Rata-rata satu pesanan bisa selesai dalam waktu satu minggu.  Pesanan yang biasa diterima adalah celana, jaket serta sepatu boot. Untuk sepasang boot setinggi lutut dihargai Rp. 300.000.
       Ada sebuah toko yang menjual dan menerima pesanan jahit untuk jaket kulit yang cukup ramai pengunjungnya, yaitu Global Leather Industry di Jalan Ahmad Yani No. 279, dan No. 318, Sukaregang.
Pilihan bahan kulitnya beragam, demikian pula dengan model-modelnya. Untuk sebuah jaket kulit dari bahan kulit sapi dihargai Rp. 900.000. Toko ini melayani pembelian secara online. Selain menjual jaket, juga ada tas, sandal dan sepatu serta kain batik garutan.
       Kami juga menyempatkan diri untuk mengunjungi langsung tempat penyamakan kulit di daerah tersebut. Ternyata disentra  pengrajin kulit ini terdapat banyak tempat penyamakan kulit skala industri rumah tangga. Para pengrajin ini terbagi dalam beberapa tahap pekerjaan, ada yang menangani sendiri pengerjaan mulai dari pembelian kulit mentah, menyamak dan proses pewarnaan, pengeringan sampai pada proses pembuatan pola, penjahitan dan pemasaran produk. Tampaknya pekerjaan mereka sudah dilakukan turun temurun. Tetapi ada juga beberapa pedagang lain yang hanya membuka outlet saja dengan barang-barang yang dipasok dari pengrajin setempat. Sentra kulit Sukaregang buka dari pagi hari sampai malam.
       Tempat lain yang kami kunjungi adalah Pasar Ceplak, yakni pasar jajanan malam yang menyajikan banyak makanan ala Sunda berupa ayam bakar, ayam goreng, iso, paru serta tahu dan tempe serta sambal lalapan. Jajanan yang lain adalah bubur ayam tasikmalaya dan tahu sumedang. Ada juga soto ayam dan mie baso. Mie baso Parahyangan adalah kios mie baso yang ramai pengunjung. 
       Sebenarnya kami ingin mengunjungi tempat pembuatan batik tulis garutan, tetapi karena waktu yang terbatas, kami hanya sempat mampir di toko yang menjual batik garutan. Batik garutan memiliki motif yang tidak terlalu ramai, khas dengan sulur-sulur dan warna yang cerah tetapi tidak mencolok. Ragamnya tidak terlalu banyak saat kami melihat-lihat contoh kain di tempat tersebut. Untuk batik cap, rata-rata dijual dengan harga  Rp. 35.000 permeter dengan lebar 115 cm. Sedangkan untuk batik tulis berbahan katun primissima dijual dengan harga berkisar antara Rp. 650.000 sampai Rp. 850.000 per-helainya dengan ukuran panjang 220 cm sampai 240 cm dan lebar kain 105 cm sampai 115 cm.

Motif khas Batik Garutan.
       Kami sempat mencari-cari penginapan di daerah Cipanas, Garut. Tetapi karena liburan panjang, kamar hotel sudah penuh semua. Hanya ada kamar kolam berendam saja yang disewakan Rp. 25.000 perkamarnya.

Salah satu hotel di daerah Cipanas, Garut.
Akhirnya kami mendapat kamar di sebuah hotel di Jl. Otista. Terdapat banyak hotel di sepanjang jalan ini, karena masih satu jalur dari Garut kota menuju Cipanas. Hotel kami adalah Suminar Hotel. Tarif menginap antara Rp. 150.000 sampai Rp. 350.000 per malam.



Hotel Paseban di Jl. Otista. Tarif permalam dimulai dari harga Rp. 250.000. untuk kamar standar.

Hotel Alamanda adalah hotel baru dengan penataan interior yang indah dan memberi kesan bersih dan nyaman. Tarifnya berkisar Rp. 350.000 sampai Rp. 450.000 per malam.
       Tempat lain yang tidak boleh ketinggalan adalah toko oleh-oleh khas Garut, apalagi kalau bukan dodol.
Dodol yang dijajakan hampir di seluruh pelosok kota Garut ini sangat mengundang selera. Selain karena menawarkan aneka rasa dan bentuk, juga karena kemasannya yang sangat unik dan lucu.
Yang menjadi tren dahulu adalah dodol Picnic yang dusnya berwarna merah muda serta dodol Herlinah yang bentuknya panjang-panjang seukuran kelingking dengan aneka rasa dan warna. Tren terkini adalah coklat isi dodol yang dipelopori oleh merk Chocodot serta coklat dengan aneka rasa, termasuk rasa yang tidak lazim seperti coklat rasa chilli dan ginger. Kemasannya sangat kreatif, mulai dari bungkusnya yang berwarna-warni atau yang disertai kata-kata lucu seperti: Coklat Gawat Darurat, Coklat Sesuwatu, Coklat Anti Galau, dan lain-lain, juga ada yang dikemas dalam besek-besek mungil yang terbuat dari anyaman bambu dan terdapat dalam beragam bentuk dan warna p Harga coklat mulai dari Rp. 7.500 sampai Rp. 20.000. Sedangkan dodol dapat dibeli kiloan dengan harga Rp. 22.000 per kilo.
Oleh-oleh lain yang tak kalah menarik adalah kecap Tin Tin yang merupakan kecap asli buatan Garut. Kecap ini dapat dibeli ditoko-toko sembako disepanjang jalan dengan harga Rp. 16.500 perbotolnya.
Teh juga banyak dijajakan sebagai oleh-oleh di kota ini. Kebanyakan adalah jenis teh hijau.



       Ada sebuah toko kue dan roti yang bernama Larissa di Garut. Toko ini ramai pengunjung sepanjang hari dan menjajakan banyak jenis kue dan roti. Kami mampir membeli oleh-oleh untuk sahabat kami yang akan kami kunjungi di daerah Cilawu, sekitar 6 km menuju Tasikmalaya.
       Kehangatan yang diberikan oleh keluarga Pak Nandang yang asli Cilawu, memberi kesan mendalam bagi kami. Keluarga sederhana namun penuh cinta ini menjadi sahabat kami sejak lama. Melewati waktu dan banyak kenangan manis menjadikan persahabatan kami kokoh dan saling mendukung. Persahabatan tidak mengenal perbedaan iman dan warna kulit. Bila sudah berkumpul, kami benar-benar menyatu dalam canda tawa serta cerita-cerita seru. Yang mengagumkan dalam hal bertamu ke rumah mereka adalah jamuan makanannya. Sudah itu, masih diberi bekalan pula untuk dibawa pulang plus oleh-oleh khas Garut. Pak Nandang adalah seorang petani yang sekaligus masih aktif berdinas di Koramil Cilawu dalam satuan Kostrad. Karena usianya  kini sudah menginjak 50 tahun, beliau hanya bertugas melatih regu tembak dan bela diri sementara mempersiapkan penggantinya sebelum beliau pensiun.
       Sebagai usaha sampingan, beliau memiliki kebun dan sawah serta tambak yang kata Pak Nandang, "alhamdulilah" dapat menghidupi 4 anak serta istrinya. Puji Tuhan. Ketika berpamitan, ada rasa haru sekaligus bahagia karena pertemuan dan perpisahan. Mudah-mudahan liburan Natal nanti kami bisa kembali kesana bersama keluarga.
       Sebenarnya kami juga berminat melihat keindahan alam lain yakni di daerah Wanaraja yang terkenal dengan gunung piramidanya serta kolam air panas di Sampireun. Tetapi waktu tidak mencukupi dan kami harus segera kembali ke Jakarta. 

Sabtu, 03 November 2012

MERTUA ( BAGIAN I )

       Bila menyangkut kata "mertua", biasanya yang terbayang adalah konflik. Entah konflik frontal dengan sang mertua sendiri ataupun dengan ipar-ipar lainnya. Ini tentu saja berasal dari sudut pandang seorang menantu. Bagaimana dinamika hubungan antar keduanya sangat bergantung dari pribadi masing-masing.
Aku termasuk menantu yang beruntung karena aku memiliki seorang mertua perempuan yang sangat pengertian (selanjutnya disebut mama).
       Mama berusia 54 tahun saat pertama aku diperkenalkan oleh pacarku saat itu, kini sudah jadi suamiku. Saat itu beliau sedang merayakan ulang tahun dirumahnya di daerah Kota, Jakarta Barat. Aku yang saat itu masih mengikuti kursus menjahit di belakang rumahnya, mampir untuk mengucapkan selamat. Pertemuan pertama sudah meninggalkan kesan menyenangkan.