Selamat Datang

Selamat membaca. Semoga bermanfaat !

Sabtu, 15 Juni 2013

PEKAN RAYA JAKARTA DAN KERAK TELOR

       Setiap tahun, bila hari ulang tahun Kota Jakarta tiba, ada perhelatan besar yang tidak boleh dilewatkan yakni Pekan Raya Jakarta atau lebih kerennya disebut PRJ. Tahun ini PRJ masih diadakan di area Kemayoran seperti tahun-tahun sebelumnya. Yang berbeda adalah tiket masuknya yang setiap tahun selalu naik. Tahun ini HTM PRJ untuk hari Senin sampai Kamis dipatok Rp. 25.000 perorang. Sedangkan akhir pekan, hari Jum'at sampai Minggu, Rp. 30.000 perorang. Untuk parkir mobil dikenakan Rp. 20.000 permobilnya.
       Kami berkunjung dihari kerja pada PRJ tahun ini. Sayangnya cuaca kurang mendukung. Sesampai di PRJ gerimis sudah menyambut, padahal kami sudah mempersiapkan diri untuk tiba di arena sejak sore hari. Waktu menunjukkan pukul 17.00 dan gerimis baru berhenti pada pukul 18.00. Kami melihat-lihat anjungan tertentu, terutama yang bertema otomotif.
       Setelah itu baru menjelajah areal kuliner karena bertepatan dengan waktunya makan malam. Karena gerimis sudah berhenti, panggung hiburanpun mulai ramai penonton yang tumpah ruah ditengah hingar-bingar musik hidup yang memekakkan telinga. Kami tidak turut bergabung dengan keramaian karena suasana hingar-bingar membuat jantungku serasa berdetak tidak karuan. Daripada semaput, lebih baik mencari jajanan. Akhirnya kami menemukan deretan penjual kerak telor disalah satu sudut. Ternyata stand kerak telor disana adalah stand dengan nomor terkecil, stand nomor 1 sampai 5. Aku memilih stand nomor 4 karena panggilan hati saja. Mungkin karena pengaruh dari pelayan2 nya yang tampangnya masih muda-muda. Setelah diperhatikan, sangat mirip dengan bapak yang sedang mengipas-ngipas sambil membuat adonan kerak telor.
       Ritual makan kerak telor selalu jadi agenda bila berkunjung ke PRJ. Bagi kami sekeluarga rasanya tidak afdol bila tidak menikmati sajian khas Betawi ini. Harganya lumayan juga dan rasanya cukup enak. Untuk kerak telor dari telur itik/bebek harganya Rp. 25.000. Sedangkan yang dari telur ayam harganya Rp. 20.000.
       Waktu menunjukkan pukul 20.00 dan gerimis datang kembali. Kami memutuskan untuk pulang lebih awal. Di area parkir tidak terlalu penuh seperti bila akhir pekan. Kami keluar dengan lancar tanpa antrian berarti. Sesampai diluar area PRJ, masih tampak barisan pedagang kerak telor yang berjejer disepanjang trotoar. Mereka memakai tenda seadanya untuk melindungi diri dan gerobak pikulannya dari terpaan hujan.
       Ada rasa iba melihat mereka juga berlomba-lomba ingin memetik keuntungan dari perhelatan besar tahunan ini. Oleh sebab itu, kami menepi untuk melihat dari dekat. Tampak seorang pedagang tergopoh-gopoh menghampiri dan bertanya, apakah kami mau membeli? Sebenarnya kami sudah membeli kerak telor untuk oleh-oleh tadi didalam. Tetapi karena tidak enak hati, kami mengiyakan dan bertanya pada bapak tersebut berapa harga kerak telor yang dijualnya.
       Ternyata diluar arena, kerak telor bisa ditawar. Bapaknya menawarkan kerak telor dari telur itik Rp.13.000 dan dari telur ayam Rp. 12.000. Kami turun dari kendaraan dan mencoba menawar harga kerak telor dari telur itik agar disamakan dengan yang dari telur ayam. Sang Bapak mengiyakan saja sehingga jadilah kami membeli dua porsi lagi.
       Ternyata untuk berjualan ditempat ini, sang Bapak harus merogoh kocek Rp. 350.000 sebulan. Kalau stand yang didalam arena PRJ dikenai Rp. 4.000.000 perbulan. Para pedagang ini adalah pedagang musiman alias hanya berdagang bila ada event tertentu di Arena PRJ. Sedangkan Bapak pedagang yang kami temui di trotoar ini adalah pedagang kerak telor sejati. Dia punya lapak di dekat pintu masuk Kebun Binatang Ragunan tepat dibawah pohon besar.
       Berbeda setelan dengan pedagang didalam arena yang rapi dan dibantu oleh sekurang-kurangnya empat orang pelayan yang berseragam, pedagang ditrotoar semuanya solo alias sendirian saja. Karena gerimis sudah mulai reda, tampak senyum diwajah si Bapak saat kami berterima kasih dan pamit padanya karena sudah mau berbagi berbagai obrolan.
       Walaupun perhelatan ini rutin dan dari tahun ke tahun selalu sama, kami senang berkunjung kesana. Bila HTM nya senantiasa naik dari tahun ke tahun, mungkin lama-lama hanya 'orang mampu' saja yang bisa menikmati pesta rakyat ini.