Abang berusia sekitar 20 tahun pada tahun 1987 ketika pertama kalinya ia mengalami pendarahan pada saat buang air besar. Abang tidak mengalami sakit perut ataupun mulas sebelumnya. Hanya saja ia sadar bahwa ia baru saja mengonsumsi minuman beralkohol walau hanya sedikit jumlahnya. Pendarahan itu berhenti dengan sendirinya dalam beberapa hari tanpa diobati. Sehingga Abang yakin pada saat itu ia menderita wasir.
Karena usia muda, Abang tidak begitu peduli pada masalah kesehatan. Oleh sebab itu ia tidak menjalani pengobatan apapun. Pendarahan akan terjadi lagi apabila Abang kembali mengonsumsi minuman beralkohol dan memakan makanan yang terlalu pedas. Abang menyadarinya setelah kejadian berulang-ulang hingga tahun 1995, Abang baru mulai berpantang. Ia tidak lagi sering-sering minum minuman beralkohol dan makan makanan yang berbumbu tajam serta pedas.Tetapi namanya juga Abang, sesekali dilanggarnya aturan yang dibuatnya sendiri. Maka pendarahanpun akan kembali terjadi pada saat ia buang air besar.
Pada tahun 2007, Abang mengalami pendarahan hebat tanpa melalui acara salah makan. Pendarahan terjadi hampir 1 minggu lamanya. Karena itu Abang agak khawatir dan mulai berobat pada salah satu dokter umum yang praktek tak jauh dari rumahnya. Obat yang diberikan adalah Anusol. Abang juga disarankan berolahraga dan berpantang makanan yang berbumbu tajam serta pedas dan tentu saja alkohol.
Abang hanya sembuh sementara pada saat ia menggunakan obat saja, setelah itu pendarahan terjadi lagi. Abangpun mulai was-was karena perutnya kini mulai terasa panas dan sedikit melilit. Abang menghentikan pengobatan di klinik dokter praktek tersebut setelah 6 bulan tidak kunjung membaik.
Abang mulai berobat di Klinik Spesialis di bilangan Kebayoran Lama dan pada saat itu diberi Ardium. Pengobatan berlangsung kurang lebih 4 bulan. Pada pertengahan tahun 2008, Abang yang masih selalu mengalami pendarahan pada saat buang air besar, berobat di RS. Cinere. Oleh dokter spesialis penyakit dalam disana disarankan untuk dirontgen perutnya.
Abang yang sudah kepalang tanggung berobat kesana kemari dan sangat ingin segera sembuh akhirnya menjalani pemeriksaan rontgen. Hanya saja untuk rontgen perut, Abang harus berpuasa dahulu dan sesaat sebelum pemeriksaan, dimasukkanlah cairan ke dalam usus besarnya melalui anusnya. Istilahnya dipompakan cairan kedalam usus besarnya. Setelah cairan dipompakan Abang langsung difoto. Selesai difoto Abang disuruh BAB untuk mengeluarkan semua cairan tersebut.
Ketika ditanya tentang proses rontgen tersebut, Abang cuma meringis dan berkata bahwa ia sungguh sengsara, begitu kira-kira tanggapan Abang. Tetapi setelah hasilnya keluar, tidak ada kelainan berarti dan mengkhawatirkan yang dialami Abang. Dokter tidak menemukan ada benjolan dan lain-lain dalam foto rontgen. Abang diberi Sulcolon dan disarankan rajin berolahraga serta berpantang.
Pengobatan tidak mengalami kemajuan apa-apa. setelah lebih dari 6 bulan, pendarahan mulai berhenti tetapi perut Abang sering mulas dan terasa panas. Abang merasa tidak nyaman tetapi karena sudah tidak berdarah lagi pada saat BAB, ia tidak mencari tahu penyebab mulas dan panas diperutnya lebih jauh.
Pada awal tahun 2009, Abang kembali mengalami pendarahan. Kali ini diserta lendir. Abang sedikit khawatir dan mulai banyak bertanya pada teman dan kolega perihal penyakit wasir. Pada suatu hari, Abang yang sedang mengantar istrinya untuk kontrol IUD di sebuah rumah sakit swasta, bertanya kepada dokter spesialis kandungan istrinya tentang penyakit wasir dan metode pengobatannya.
Tentu saja sang dokter tidak bisa menjelaskan secara rinci, tetapi beliau menyarankan agar Abang mencari seorang dokter spesialis penyakit dalam ahli saluran pencernaan, atau gastrolog istilahnya. Karena informasi inilah Abang menjadi optimis untuk memperoleh kesembuhan. Maka sejak hari itu Abang rajin browsing di Internet untuk mencari rumah sakit yang terdapat di Jakarta dan sekitarnya untuk mencari seorang Gastrolog.
Akhirnya, didapatkanlah 2 buah rumah sakit swasta yang memiliki gastrolog, yakni RS Medistra dan RS MMC. Di RS Medistra ada 1 orang profesor doktor dokter spesialis gastrologi ini. Sedang di RS MMC saat itu ada 2, yakni seorang profesor doktor dokter spesialis gastrologi dan seorang dokter spesialis penyakit dalam ahli gastologi. Diputuskan oleh Abang untuk memilih RS MMC karena fee untuk prof-nya lebih murah Rp. 100.000. Abang memang pandai berhitung.
Pertama kali bertemu dan berkonsultasi, sang prof. menanyakan secara rinci sekali perihal penyakit yang diderita Abang. Karena Abang sudah berobat kemana-mana, maka Abang membawa serta semua dokumen pemeriksaan serta resep-resep obatnya terdahulu. Sang prof. segera memutuskan Abang akan menjalani pemeriksaan kolonoskopi untuk mengetahui secara pasti penyebab pendarahannya.
Hanya dua hari kemudian Abang sudah menjalani pemeriksaan tersebut. Abang berpuasa selama 8 jam dan diberi obat pencahar ringan untuk membersihkan saluran cernanya. Pagi-pagi sekali Abang sudah tiba di RS MMC dan masuk ke ruang operasi. Ternyata Abang pada saat itu sudah dinyatakan Suspect Cancer.
Prof. yang menangani adalah Prof. Dr.dr. H. A. Aziz Rani, SpPD-KGEH.
Setelah keluar dari ruang steril, Abang dinyatakan bebas kanker dan tumor. Hasil foto menunjukan adanya pembengkakan pada usus besar Abang. Prof. langsung mengambil tindakan STE atau mengempiskan pembengkakan tersebut. Rupanya Abang mengalami radang pula pada usus halusnya. Abang diberi antibiotik dan probiotik. Abang juga tidak dirawat. Hanya beristirahat selama 6 jam di ruangan One Day Care.
Seminggu kemudian Abang kembali kontrol ke RS dan dinyatakan sudah sembuh. Sejak saat itu hingga kini Abang tidak pernah lagi mengalami pendarahan pada saat BAB, pun rasa panas dan mulas diperutnya.
Kini sudah tahun 2014 dan Abang hanya kembali 2 kali ke prof. untuk sekedar berkonsultasi bila Abang merasa kurang fit. Sungguh luar biasa.
Bagi yang membutuhkan informasi mengenai jadwal praktek Prof. Aziz Rani, silahkan menghubungi
Ketika ditanya tentang proses rontgen tersebut, Abang cuma meringis dan berkata bahwa ia sungguh sengsara, begitu kira-kira tanggapan Abang. Tetapi setelah hasilnya keluar, tidak ada kelainan berarti dan mengkhawatirkan yang dialami Abang. Dokter tidak menemukan ada benjolan dan lain-lain dalam foto rontgen. Abang diberi Sulcolon dan disarankan rajin berolahraga serta berpantang.
Pengobatan tidak mengalami kemajuan apa-apa. setelah lebih dari 6 bulan, pendarahan mulai berhenti tetapi perut Abang sering mulas dan terasa panas. Abang merasa tidak nyaman tetapi karena sudah tidak berdarah lagi pada saat BAB, ia tidak mencari tahu penyebab mulas dan panas diperutnya lebih jauh.
Pada awal tahun 2009, Abang kembali mengalami pendarahan. Kali ini diserta lendir. Abang sedikit khawatir dan mulai banyak bertanya pada teman dan kolega perihal penyakit wasir. Pada suatu hari, Abang yang sedang mengantar istrinya untuk kontrol IUD di sebuah rumah sakit swasta, bertanya kepada dokter spesialis kandungan istrinya tentang penyakit wasir dan metode pengobatannya.
Tentu saja sang dokter tidak bisa menjelaskan secara rinci, tetapi beliau menyarankan agar Abang mencari seorang dokter spesialis penyakit dalam ahli saluran pencernaan, atau gastrolog istilahnya. Karena informasi inilah Abang menjadi optimis untuk memperoleh kesembuhan. Maka sejak hari itu Abang rajin browsing di Internet untuk mencari rumah sakit yang terdapat di Jakarta dan sekitarnya untuk mencari seorang Gastrolog.
Akhirnya, didapatkanlah 2 buah rumah sakit swasta yang memiliki gastrolog, yakni RS Medistra dan RS MMC. Di RS Medistra ada 1 orang profesor doktor dokter spesialis gastrologi ini. Sedang di RS MMC saat itu ada 2, yakni seorang profesor doktor dokter spesialis gastrologi dan seorang dokter spesialis penyakit dalam ahli gastologi. Diputuskan oleh Abang untuk memilih RS MMC karena fee untuk prof-nya lebih murah Rp. 100.000. Abang memang pandai berhitung.
Pertama kali bertemu dan berkonsultasi, sang prof. menanyakan secara rinci sekali perihal penyakit yang diderita Abang. Karena Abang sudah berobat kemana-mana, maka Abang membawa serta semua dokumen pemeriksaan serta resep-resep obatnya terdahulu. Sang prof. segera memutuskan Abang akan menjalani pemeriksaan kolonoskopi untuk mengetahui secara pasti penyebab pendarahannya.
Hanya dua hari kemudian Abang sudah menjalani pemeriksaan tersebut. Abang berpuasa selama 8 jam dan diberi obat pencahar ringan untuk membersihkan saluran cernanya. Pagi-pagi sekali Abang sudah tiba di RS MMC dan masuk ke ruang operasi. Ternyata Abang pada saat itu sudah dinyatakan Suspect Cancer.
Prof. yang menangani adalah Prof. Dr.dr. H. A. Aziz Rani, SpPD-KGEH.
Setelah keluar dari ruang steril, Abang dinyatakan bebas kanker dan tumor. Hasil foto menunjukan adanya pembengkakan pada usus besar Abang. Prof. langsung mengambil tindakan STE atau mengempiskan pembengkakan tersebut. Rupanya Abang mengalami radang pula pada usus halusnya. Abang diberi antibiotik dan probiotik. Abang juga tidak dirawat. Hanya beristirahat selama 6 jam di ruangan One Day Care.
Seminggu kemudian Abang kembali kontrol ke RS dan dinyatakan sudah sembuh. Sejak saat itu hingga kini Abang tidak pernah lagi mengalami pendarahan pada saat BAB, pun rasa panas dan mulas diperutnya.
Kini sudah tahun 2014 dan Abang hanya kembali 2 kali ke prof. untuk sekedar berkonsultasi bila Abang merasa kurang fit. Sungguh luar biasa.
Bagi yang membutuhkan informasi mengenai jadwal praktek Prof. Aziz Rani, silahkan menghubungi
RS. MMC Kuningan, Jakarta. Sebagai informasi tambahan, kini sudah ada beberapa Dokter Spesialis Penyakit Dalam Kedokteran Gastroenterologi dan Hepar di sana, juga yang spesialis bedah saluran cerna dewasa maupun anak-anak.
Semoga bermanfaat. Tuhan memberkati.
Semoga bermanfaat. Tuhan memberkati.