Selamat Datang

Selamat membaca. Semoga bermanfaat !

Sabtu, 02 Juni 2012

TIPS BERKONSULTASI DENGAN DOKTER

       Bila mengalami ganguan kesehatan, baik dengan gejala ringan maupun berat bahkan sudah berlanjut,segeralah berkonsultasi dengan dokter ahli di bidangnya. Untuk gejala penyakit yang baru pertama menyerang dan terasa ditubuh kita, bisa berkonsultasi dengan dokter umum di klinik ataupun rumah sakit. Sebab untuk penyakit yang gejalanya masih dalam kategori ringan seperti panas- demam, batuk-pilek, muntah dan buang-buang air, umumnya bisa ditangani dengan cepat dan tepat oleh dokter umum.
   
       Dalam kasus tertentu, misalnya panas dan demam tidak berkurang setelah mendapat pengobatan dalam waktu 3 hari, maka kita akan disarankan untuk berkonsultasi lebih jauh dengan dokter spesialis penyakit dalam. Dalam hal ini, pemeriksaan lanjutan yang disarankan adalah pemeriksaan laboratorium klinis.
     Sebagai catatan untuk jenis penyakit dalam, kita bisa mengetahui keahlian sang dokter dan spesialisasi penyakit yang ditanganinya dari gelar kedokteran dibelakang nama sang dokter spesialis. Berikut keterangan spesialisasi dokter: 
-Hematology Oncology : darah
-Diabetes & Endocrinology : diabetes dan kelenjar
-Gastroentero Hepatology (Endoscopy) : saluran pencernaan dan hati (dan endoskopi)
-Nephrology : ginjal
-Hepatology : hati
-Tropic & Infection : penyakit infeksi tropis
-Jantung dan Pembuluh Darah : jantung koroner dan gangguan jantung
       Saat konsultasi adalah saat yang paling penting dalam pengambilan keputusan oleh seorang dokter terhadap penyakit pasiennya. Oleh sebab itu, sangatlah dianjurkan pasien didampingi oleh keluarga atau orang lain yang menjadi pendengar dan pengingat serta sekaligus "penerjemah" apabila pasien kurang mengerti uraian yang disampaikan oleh dokter perihal kondisi kesehatannya sendiri.
       Bukan kasus baru bila pasien selalu menganggap bahwa dokter adalah sang penyembuh serba bisa dan dengan menempelkan steteskop dibagian tertentu tubuh kita, dia bisa mengetahui semua penyakit kita dan menyembuhkannya. Sangat disayangkan apabila kita berpikiran senaif itu.
       Dokter bukanlah tukang sulap ataupun berkekuatan dan kemampuan supranatural. Seorang dokter sangat mengharapkan kerjasama dari pasien yang ditanganinya untuk memberi keterangan sejelas-jelasnya, baik dari gejala, lamanya sakit, keluhan yang paling sering kita rasakan, ataupun obat apa saja yang sudah kita konsumsi, bagaimana perkembangan terakhir dari pengobatan kita dan tentu saja selalu disertai data pemeriksaan klinis laboratorium sebagai pembandingnya.
       Banyak pasien yang menyangkal gejala dan keluhannya dengan harapan dokter akan memberinya metode pengobatan lain ataupun obat-obatan lain dari yang sudah dikonsumsinya selama ini. Pernah ada kasus seorang pasien tidak mau berterus terang pada dokter bahwa dia sudah menjalani pengobatan sebelumnya di rumah sakit bahkan sudah sempat dirawat untuk penyakitnya dengan mengatakan saya tidak tahu saya sakit apa. Tentu dengan demikian, sang dokter yang menangani akan menyuruh kita memeriksakan diri dahulu di laboratorium dan memberi kita obat standar yang sesuai dengan diagnosa sementara. Alih-alih akan lebih baik, mungkin kita akan menjalani pengobatan dari tahap awal lagi sementara penyakit sudah dalam tahap lanjut.
       Mungkin diantara kita ada yang tidak tahu bahwa dokter pada dasarnya memakai diagnosa dalam pengobatan hanya 70%, sisanya yang 30% adalah feeling. Hal ini bukan omong kosong, tetapi pernyataan dari seorang dokter praktek yang sudah berpengalaman. Maka, yang 30% adalah uji coba dalam arti obat yang diberikan belum tentu cocok dengan keadaan sakit kita atau penerimaan tubuh kita terhadap zat yang terdapat dalam obat tersebut. Pernahkah kita saat dirawat di rumah sakit harus menjalani tes alergi sebelum mengonsumsi antibiotik tertentu. Sebelumnya pasien selalu akan ditanya apakah memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan tertentu?.
       Maka adalah sangat bijak, kita selaku pasien selalu bekerjasama dengan dokter dalam pengobatan penyakit kita. Katakan dengan jelas dan jujur, obat apa yang bila kita minum memberi reaksi tidak enak ditubuh kita agar dokter segera mengambil langkah untuk mengganti atau meniadakannya. Kita tidak bisa membiarkan dokter bekerja sendiri dan tubuh kita menerima begitu saja efek dari kandungan obat yang kita konsumsi yang mengakibatkan kita kurang nyaman.
      Demikian sebaliknya bila obat bekerja dengan baik, memberi kesembuhan berarti, dokterpun harus diberitahu.Walaupun pada kenyataannya bila kondisi kita membaik, dengan sendirinya sang dokter tahu bahwa metode pengobatannya berhasil untuk kita. Tetapi dengan komunikasi dan kerjasama yang baik, tubuh kita akan berlatih perlahan meninggalkan ketergantungan obat dan dokter akan memastikan pengurangan dosisnya secara perlahan dan atau menghentikan pengobatan karena tubuh tidak memerlukannya lagi.
        Kadangkala dokter dengan jam terbang tinggi lebih berpengalaman dalam mendiagnosa penyakit, tetapi dalam kasus tertentu ada juga pengobatan yang dilakukan  tidak mencapai hasil memuaskan walau ditangani oleh ahlinya sekalipun. Pada saat itulah kita harus mencari pembanding dan jalan lain, dengan menemui dokter lain ataupun metode pengobatan lain.
       Tidak menutup kemungkinan bagi kita untuk mencoba cara pengobatan lain sebagai alternatif apabila kita merasa hasilnya nyata  bagi penyembuhan penyakit. Dengan catatan untuk penyakit tingkat lanjut, sebaiknya selalu kembali kontrol ke dokter dalam jangka waktu tertentu untuk memeriksakan perkembangan penyembuhan. Dan jangan lupa berdoa, karena doa juga merupakan obat menuju kesembuhan.