Kerajinan ukiran Jepara sudah sangat terkenal diseluruh Indonesia. Hasil pahatan serta ukiran kayu jatinya sangat digemari bukan saja oleh masyarkat lokalnya, tetapi juga sampai ke luar daerah, bahkan sampai mancanegara.
Disepanjang jalan antara Demak dan Jepara, terutama di desa Tahunan dan Senenan, banyak sekali galeri dan pusat pengrajin ukiran kayu. Hasil kerajinan utama ditempat ini adalah mebel jati dan gebyok jati atau pintu khas etnik dari Jawa Tengah.
Menurut pengrajin ukir setempat, saat ini jati sudah sangat susah didapat, sehingga bahan bakunya lebih banyak yang menggunakan kayu 'me' atau trembesi. Itupun didatangkan khusus dari daerah sekitar Bandung, Jawa Barat.
Desa Mulyoharjo, Jepara. |
Desa Mulyoharjo tampak lengan |
Para pengrajin ukir di bengkel kerja yang sekaligus rumah tempat tinggal. |
Untuk jenis ukiran patung dan pahatan, sentranya terdapat di Desa Mulyoharjo. Desa ini memiliki pengrajin ukir yang luar biasa banyaknya, seakan-akan semua yang lahir di desa ini sudah bisa memahat dan mengukir sejak lahir.
Galeri-galeri disini juga adalah sekaligus bengkel kerja. Mereka mengolah kayu mentah menjadi ukiran dan patung berseni tinggi. Untuk harga sebuah pahatan atau ukiran patung sangat tergantung pada bahan dan kerumitan pengerjaannya. Namun harganya masih 'bersahabat' alias bisa nego. Mereka juga melayani pengiriman barang keluar kota dengan ongkos yang cukup murah.
Saat berkunjung ke Desa Mulyoharjo, medio Mei 2013, kami membeli sebuah ukiran lukisan Perjamuan Terakhir berukuran 1,3 m dengan finishing cat melamik seharga Rp. 1.850.000. Ongkos kirim dari Jepara ke Jakarta hanya Rp. 150.000.
Ada kejadian unik saat melihat-lihat galeri "Jaya Abadi" milik Ibu Zaedah. Saat itu ada wartawan dari TV Trans7 yang sedang mencari berita untuk acara 'Ragam' dan mereka mewawancaraiku sebagai pengunjung. Hasil wawancara sekilas itu ditayangkan seminggu setelahnya.
Add caption |