Selamat Datang

Selamat membaca. Semoga bermanfaat !

Sabtu, 13 Oktober 2012

PENGRAJIN KERAMIK DESA ANJUN

Jenis-jenis pot tanam
       Desa Anjun terletak di Plered, Purwakarta, Jawa Barat. Dari pusat kota Purwakarta kurang lebih berjarak 6 km kearah kota Bandung. Bila dari arah kota Bandung sebaiknya melalui Tol Pasteur dan turun di Ciganea. Selepas keluar pintu tol, kira-kira hanya 10 menit. Perjalanan dengan kendaraan roda empat tak terasa lama karena jalan aspal mulus dan tidak ada kemacetan berarti.
       Sesampai di lokasi, kami memasuki beberapa toko yang memajang berbagai jenis kerajinan tangan berbahan utama tanah liat yang dibakar pada suhu tinggi sehingga menjadi keramik. Ada pajangan, vas, guci dan juga pot tanam. Ada juga gentong dan asesoris untuk pembuatan taman dan tebing relief. Dari semua toko yang ada, ada satu pabrik tua yang menarik perhatian kami, yakni Perusahaan Keramik Mustika Bunda yang dikelola turun temurun, dan kini dikelola dan ditangani oleh Bapak H. Agus.

       Barang-barang keramik yang banyak dihasilkan di tempat ini adalah pot tanam mulai dari ukuran kecil dengan diameter 20 cm sampai yang ukuran raksasa berdiameter 1 m. Selain itu terdapat pula jenis-jenis guci dan pajangan berupa vas dan pot bunga.
Pot berkaki
       Yang membedakan antara pot tanam milik Pak H. Agus dengan pengrajin lain adalah kualitas pengerjaannya. Walaupun berasal dari bahan yang sama, yakni tanah liat, tetapi pengerjaan awalnya sangat rapi dan halus, sehingga pada saat pembakaranpun didapat keramik yang jauh lebih bermutu. Demikian pula dengan hasil akhirnya, yakni pada saat pengecatan. Menggunakan tehnik airbrush dan coating, membuat permukaan keramik tampak halus dan mulus. Sedangkan untuk jenis cat, tergantung pada pesanan, bisa yang jenis mengilat atau dop.
Pot model minimalis (kiri) dan Tempat Koran (kanan
       Selain itu, di tempat ini juga banyak ditemukan keramik hasil eksperimen, demikian H. Agus menamai beberapa hasil karyanya. Karena beliau adalah pengrajin yang kreatif maka selalu saja mencoba hal dan teknik yang baru baik dalam bentuk dan rupa maupun proses pewarnaannya. Walau merupakan adi karya tetapi beliau sangat welcome bila ada pengunjung yang berminat membeli karyanya.
       Untuk harga hanya berbeda sedikit saja dari harga pasaran untuk ukuran yang sama dengan hasil pengrajin lain. Sedangkan untuk ragam produksi, pengrajin disini mempunyai ahlinya masing-masing. Jadi bila ingin membeli rupa-rupa kerajinan, maka kita harus memasuki beberapa toko untuk mencarinya. Tidak semua toko menjual barang yang serupa.    
       Disepanjang jalan juga banyak terdapat restoran dengan menu masakan Sunda. Salah satu restoran yang sempat kami kunjungi adalah Rumah Makan Ibu H. Cijantung. Letaknya antara kota Plered dengan Purwakarta di pinggir jalan raya Cijantung. Menunya siap saji yang dihidangkan ala rumah makan padang alias semua menu yang tersedia disajikan. Ketika kita sudah memilih tempat duduk, para pramusaji akan segera menghidangkan berbagai macam masakan keatas meja. Tentu saja masakannya masih hangat dan segar-segar.
       Ketika kami disana, menu yang disajikan adalah ayam kampung goreng bumbu kunyit, ikan mas goreng berbumbu, empal daging sapi, perkedel jagung dan kentang, ikan mas baby goreng kering, pepes tahu dan jamur, karedok, tempe dan tahu goreng, lalapan mentah dan rebus, kerupuk udang, sambal terasi dan nasi putih yang dihitung perorang, tetapi dengan porsi makan sepuasnya. Harganya terbilang tidak mahal apalagi untuk pelayanan, kenyamanan dan kebersihannya, sangat baik. Untuk rasa dan penyajiannya juga sangat baik. Stafnya sigap dan ramah. Kami merasa puas dan memasukkannya sebagai resto favorit bila kami kembali ke Plered kelak.